Kamis, 10 Februari 2011

Moga Bunda Disayang Allah

My rating: 3 of 5 stars
Sulit bagiku untuk berpendapat secara objektif mengenai buku ini karena pernah mendapatkan ‘gambaran’ sempurna Hellen Keller dalam sebuah adegan teater dari komik Topeng Kaca. Di komik itu Maya berperan lebih unggul daripada Ayumi pesaingnya.

Sama seperti komikus Topeng Kaca, Tere Liye juga terinspirasi kisah nyata Hellen Keller - seorang anak kecil bisu tuli dan mengolahnya dengan setting dan dalam kacamata kehidupan Indonesia. Setting seperti ini membuat pembaca Indonesia menjadi lebih mudah membayangkan kejadian dan penderitaan Hellen. Gabungan kisah pahit Hellen; kerja keras Ayah; cinta, kesabaran dan keyakinan Bunda, kekayaan keluarga HK; masa lalu Karang; pengertian Ibu Gendut; bisik-bisik dan gossip kampung ditambahi dengan sedikit bumbu percintaan antara Karang dan Kinanti serta Salamah dan Sang Mantan Pacar membuat ceritanya lebih lengkap, gurih dan semriwing. :)

Tapiii… seperti opiniku pada paragraph awal tadi, banyak ganjelan yang kutemui di sini. Bahkan pada halaman pertama, aku sudah mendesah karena lelah dengan detail suasana yang terlalu amat sangat deskriptif. Kemudian kutemukan juga typo seperti ‘pebukitan’ yang menurutku seharusnya ‘perbukitan’ karena suku kata pertama tidak diakhiri dengan huruf ‘r’ sehingga awalan ‘pe’ harus berubah menjadi ‘per’. Hm.. bener ga sih? Kok aku malah mendadak ragu ya? Hehehe…

Juga kutemukan repetisi yang tidak perlu seperti ‘… re-run ulang…’. Uh, segera aku kembali ke halaman belakang cover depan, mencari nama editor dan tak kutemukan di sana. Apakah buku ini tidak mengalami proses pengeditan, aku kurang tahu juga.

Akhirnya komplainku yang terakhir adalah pada komentar tambahan, guyonan atau sepotong kalimat ungkapan pikiran Tere Liye yang disisipkan di dalam atau akhir sebuah kalimat. Aku pribadi menjadi terganggu karena melihat usaha penulis ini malah jadi seperti hendak mengarahkan opini pembaca ke arah pemikiran yang ia kehendaki atau mengusik konsentrasi suasana baca pada saat kenyamanan menghampiriku.

Kubaca buku ini dengan sistem sweeping dan kuberikan 3 bintang saja. Tapi bagi rekan-rekan yang belum pernah tahu kisah Hellen Keller, buku ini bisa menjadi salah satu pilihan yang baik untuk dibaca.

Takum, aku ga nangis baca buku ini. Tebakanmu salah. Hehehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar