Senin, 13 Juni 2011

Second Form at Malory Towers

Beli buku second di online seller, tapi serinya ga lengkap.Cuma 2 buku aja.Ga apa deh, demi mengenang masa kecil waktu baca buku ini. :)

Buat yang belum tahu, buku ini bercerita tentang kehidupan sekolah asrama putri bernama Malory Towers di Inggris. Selalu menghadirkan Darrell yang pintar, senang bergaul, ramah, tapi terkadang kalau sedang marah pun ia dapat berteriak kencang sekali. Emosinya kurang stabil.


Setelah berlibur dua minggu, kini saatnya semua murid asrama Malory Towers kembali ke sekolah. Ada tiga anak baru yang bernama Daphne, Belinda dan Ellen. Daphne sangat cantik, anggun dan terlihat lebih kaya daripada Gwendoline. Gwen pun langsung menjadikan Daphne sahabatnya pada semester ini. Hihihi.. Gwen ini lucu. Dia kan anak tunggal di keluarganya yang kaya itu, ia selalu menjadi anak emas oleh ibu dan guru pribadi di rumahnya yang besar. Gwen seneng banget deketin orang yang ia kagumi, lebih kaya, lebih cantik... ya seperti Daphne itu.

Balik ke anak baru, ada Belinda yang riang, jago gambar tapi pelupa seperti Irene. Jadi Belinda cocok sama Irene yang pinter musik dan matematika, paling pinter juga dalam urusan lupa. Hihihi... pasangan Belinda dan Irene ini selalu bisa bikin teman-temannya terhibur sekaligus bikin pusing guru. Dan anak baru terakhir, Ellen. Ia anak pindahan dari sekolah lain, meraih beasiswa sehingga bisa masuk ke Malory Towers.

Setiap semester pasti ada saja kejadian kenakalan heboh yang dilakukan oleh semua murid. Kali ini, Alicia membawa kapur ajaib. Kapur itu kalau digoreskan ke sebuah kursi ga akan meninggalkan bekas, tapi begitu seseorang duduk dan menghangatkannya, maka kapur ajaib akan bekerja! Dan sasaran kali ini adalah Pak Young, guru musik, yang duduk beberapa saat di kursi piano berkapur ulah Betty. Ketika ia berdiri dan menghadap papan tulis, sontak anak-anak tak bisa berhenti tertawa melihat warna merah muda pada celana panjang Pak Young. Tapi tak seorang anak pun yang memberitahukannya hingga Pak Young kebingungan. Pak Lemming yang hendak memperbaiki nada pada tuts piano pun kena getahnya dan tetap kedua bapak itu tak tau dari mana asalnya warna merah muda terang itu berasal. Darrell penasaran ingin ikut mencoba kehebatan kapur itu dan menggoreskan di bangku guru.

Korban selanjutnya adalah Mam'zelle Dupont guru bahasa Perancis. Oh la la, ternyata Darrell menuliskan 'OY' pada bangku itu besar sekali, sehingga tampak pantat Mam'zelle seperti berteriak 'OY'. Aduh... itu sungguh keterlaluan! Anak-anak tidak ada yang tertawa melihatnya tapi memandang Darrell dengan tatapan marah. Mereka panik mencari kesempatan bisa menghapus kapur itu dari rok tersebut namun Mam'zelle keluar ruang kelas dengan cepat tanpa mengetahui bahwa ada problem besar di roknya. Uh, untung saja Hilda, seorang anak kelas satu, berpapasan dengan Mam'zelle dan menghapusnya sambil menahan tawa.
Darrell selamat, peristiwa itu jadi rahasia bersama antara anak kelas dua dan kelas satu.

Hampir sebagian besar murid dan guru tak suka pada Daphne karena selalu dapat menghindar dari tugas-tugas yang seharusnya dikerjakannya. Seringnya Mary-Lou yang mendapat limpahan tugasnya, tapi dasar Mary-Lou terlalu polos, ia mau saja melakukan hal itu. Imbalannya? Perhatian dan senyuman maut dari Daphne! Mary-Lou merasa senang membantu Daphne karena ia diperhatikan dan diperlukan. Hal-hal itu tak pernah didapatnya selama ini karena sifatnya yang pendiam dan badannya yang amat kecil. Jadi begitu ada seorang Daphne yang membutuhkan bantuannya, terutama mengajari PR Bahasa Perancis, ia sama sekali tak keberatan bahkan tak sadar bahwa akhirnya malah dia yang menyelesaikan semua tugasnya Daphne. Gwen jadi merasa tersaingi oleh Mary-Lou karena kini Daphne malah jadi suka beneran sama Mary-Lou!

Namun kini saatnya Daphne kena sial juga akibat perbuatannya sendiri. Ia tak suka dipaksa berjalan-jalan ke luar asrama, terutama saat banyak genangan air akibat hujan dan udara dingin musim itu. Dengan liciknya, ia menyerahkan diri pada Mam'zelle Dupont untuk mengikuti pelajaran tambahan yang waktunya berbenturan dengan acara jalan-jalan tersebut. Eh tapi apa yang terjadi? Angin berhembus sangat kencang dan acara jalan-jalan dibatalkan. Sebagai gantinya, anak-anak diijinkan berkumpul, bermain dan makan camilan di ruang rekreasi. Tentunya tak ada Daphne di situ karena ia masih di ruangan Mam'zelle dan Nona Parker tak mengijinkan seorang anak pun memanggil atau menyisakan kue untuk Daphne. Hahaha...

Mam'zelle Dupont yang telah jatuh hati pada Daphne menginginkan tokoh utama drama Perancis diperankan oleh Daphne, berbeda dengan Mam'zelle Rougier yang memilih Sally dan Darrell karena lebih baik dalam Bahasa Perancis. Kedua mam'zelle ini benar-benar berselisih hingga ide kreatif Belinda muncul.
Ia menggambar karikatur kedua mam'zelle, digambarkan Mam'zelle Roigier tengah mengendap-endap ke arah Mam'zelle Dupont sambil membawa racun. Anak-anak senang sekali melihat karikatur tersebut, dan mereka meletakkan buku itu di meja guru untuk diperlihatkan pada Mam'zelle Dupont. Ternyata yang masuk kelas adalah Mam'zelle Roigier! Alicia sebenarnya tahu adanya pergantian guru tersebut, tapi ia sengaja ingin membuat Sally sang ketua kelas dalam kesulitan. Tentu saja Mam'zelle Roigier marah besar, mengadu pada Nona Grayling dan minta dicari tahu siapa yang menggambar karikatur tersebut untuk segera diberikan hukuman.

Belinda sungguh ketakutan, tapi ia bersama dengan Sally memberanikan diri ke ruangan Nona Grayling untuk memberikan keterangan. Mam'zelle Dupont tak lama masuk dan melihat gambar tersebut sambil terus tertawa. Agar semua masalah kembali jernih, akhirnya kedua mam'zelle rujuk di depan Nona Grayling dan Mam'zelle Dupont berbesar hati memberikan peran utama pada pilihan Mam'zelle Roigier, yaitu Darrell dan Sally. Akibatnya, Daphne kehilangan peran utama walau dalam hati ia sedikit bersyukur karena tak perlu menghafalkan dialog Perancis yang sulit.

Walau Ellen mendapat beasiswa, tapi nilai-nilainya tak pernah bagus. Ia takut mengecewakan orang tua yang telah berjuang memasukkan Ellen ke Malory Towers. Hal itu membuat ia jadi stress, mudah marah, sensitif dan mudah sakit. Ia punya pikiran buruk untuk mencuri soal ulangan saja supaya bisa menjawab dengan baik dan mendapat nilai tinggi. Gerak-geriknya dipantau oleh Alicia. Terlebih lagi karena saat itu sedang terjadi banyak kehilangan barang dan uang di antara anak-anak. Alicia pikir Ellen pencurinya, dan dengan suara kencang ia menuduh Ellen terang-terangan di depan semua anak kelas dua. Sally tak setuju pada perbuatan Alicia karena tak ada bukti bahwa Ellen pelakunya. Ellen sakit hati dan semakin yakin untuk berbuat jahat karena merasa tak ada teman yang menganggapnya baik lagi.

Tengah malam, ia mengendap-endap menuju ruang guru dan mencari kertas soal ulangan. Darrell terbangun dan berhasil mendapatkan Ellen tengah memegang soal ulangan tersebut setelah mereka sempat berkelahi.
Darrell sungguh kaget dan berpikir ternyata selain pencuri, Ellen adalah pembohong juga! Malam itu Ellen tambah panik karena tertangkap basah, tubuhnya kembali panas dan kepalanya pusing. Ia berjalan ke kamar ibu asrama yang langsung membimbingnya tidur di sanatorium. Pagi hari anak-anak tak melihat Ellen dan menyangka bahwa Ellen sudah dikeluarkan dari sekolah. Darrell pun menutup mulutnya atas peristiwa malam itu agar nama Ellen tak terlalu buruk. Padahal, Ellen masih berada di sanatorium dan tidak dikeluarkan oleh sekolah.

Sementara itu, Daphne sibuk membungkus paket dan meminta Mary-Lou untuk mencari tali pengikatnya.
Daphne bilang, paket itu paket penting yang harus segera dikirim tapi ternyata ia tak punya waktu untuk mengirimkannya. Mary-Lou menyangka itu adalah paket hadiah ulang tahun untuk teman Daphne dan berniat membantunya mengeposkan karena Mary-Lou punya waktu sedikit sebelum jam makan malam. Gwen yang mengetahui rencana Mary-Lou mencegahnya, karena cuaca buruk di luar dan mengungkapkan bahwa selama ini Daphne hanya memanfaatkan Mary-Lou saja bukan menganggapnya sahabat. Tak peduli pada perkataan Gwen, Mery-Lou tetap berangkat ke kantor pos.

Lama Mary-Lou tak kembali, Gwen akhirnya memberitahukan Daphne apa ia ketahui. Daphne kaget, ia lalu menyusul ke luar asrama. Sayup-sayup terdengarlah suara dan Daphne melihat Mary-Lou dalam keadaan bahaya. Tampaknya badan kecilnya tertiup angin dan ia terpeleset jatuh ke jurang, untung ia masih sanggup menahan diri berpegangan di rumput sehingga kini ia menggantung di lereng terjal. Daphne berusaha memegang tangan Mary-Lou tapi ia tak kuasa mengangkatnya ke atas. Tak lama, Gwen membawa regu penolong dan Daphne dan Mary-Lou selamat. Daphne pun dianggap sebagai pahlawan oleh teman-temannya.

Bungkusan yang dibawa Mary-Lou ditemukan Darrell dan kawan-kawan di tepi jalan dekat semak-semak.
Mereka kaget ternyata isinya adalah barang-barang yang selama ini hilang dari asrama sehingga mereka menghadap Nona Grayling kepala sekolah untuk melaporkan bungkusan tersebut. Dan terkuaklah kebenaran dari semua perilaku Ellen dan Daphne selama ini. Penasaran? Baca aja sisa halaman yang belum kuceritakan ini langsung dari bukunya ya...

Enid Blyton mengajarkan persahabatan, kejujuran, dan kekompakan pada kisah ini. Hmmm... sungguh cerita yang bagus dan buku yang pantas untuk dikoleksi! ^_^

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
Penulis: Enid Blyton
Jenis Cover: Paperback
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit Pertama Kali: 1947
Judul Asli: Second Form at Malory Towers
ISBN: 9796552930

Tidak ada komentar:

Posting Komentar