Rabu, 23 Februari 2011

100 Kata: Kumpulan Cerita 100 Kata

Category:Books
Genre: Other
Author:Andi F. Yahya
100 Kata: Kumpulan Cerita 100 Kata

My rating: 4 of 5 stars


100 kata

Gila. Itulah yang pertama kali terlintas di pikiranku saat membaca judul buku rekomendasi dari Mas Ronny temanku di Goodreads Indonesia. Menulis cerita yang dibatasi hanya dengan 100 kata? Jadi teringat tugas dan hukuman membuat karangan dari guru-guru jaman SD dulu. Hihihi... Bayangkan kesulitannya. 100 kata itu akan menjadi terasa banyak kala kita tidak punya ide menulis. Dan mendadak 100 kata menjadi terasa sangat kurang kala kita kebanjiran inspirasi. Iya kan?

Dari antara delapan nama pengarang yang terlibat di dalam buku ini, aku menemukan alasan kedua mengapa aku ingin membaca 100 kata. Ada nama Nurkastelia tertera di sampul depan. Beberapa bulan yang lalu, aku pernah membaca cerita-cerita pendek karangannya di buku kumpulan cerpen ‘Penggambar Mimpi’. Menggunakan nama Sindrow, cerita-ceritanya banyak mengejutkan sekaligus mengagumkan. Mengingatkanku lagi pada beberapa coretan ceritaku saat aku SMP, semangat dan idenya mirip seperti Sindrow. Love it!

Kucoba review dari masing-masing pengarang saja, ya...

Andi F. Yahya: Enam cerita bertemakan cinta, dimana ada hal-hal seperti penyimpangan perilaku seks, gay, pengkhiatan, dendam dan kesetiaan di dalamnya. Aku suka caranya bertutur. Alurnya jelas sehingga mudah dimengerti. Idenya unik dan mengagetkan di akhir cerita. Aku menangis haru di ’Sebuah Janji’, terbengong di ’Kekasih Kedua’ dan terdiam bisu di ’Adikku’, tapi tak dapat menikmati ’Tentang Kita’. Bintang 3.167 kuberikan padanya.

Hotma Juniarti: 13 cerita lebih banyak mengangkat sisi kehidupan berkeluarga. Sisi keibuannya sering mendominasi cerita. Kalem sekaligus menggairahkan. Tak terjebak dengan tema cerita mengejutkan melulu, tapi juga menyenangkan untuk dibaca. Aku suka ’Terlambat’ dan ’Keikhlasan’. Cerita ’Kere Kaya’ Aku’ yang membuatku tertawa, ’Pintu No. 4’ karena aku terkadang juga suka berlama-lama di toilet paling pojok di kantor, dan ’Ada Mayat’. Ada juga yang membuatku bosan seperti pada ’Bosan’. Bintang 3.077 kusematkan padanya. Penasaran dengan karyanya yang lain selain di buku ini. Harus kucari di lain waktu.

Jamaluddin Ahmad: Lima cerita yang kurang kusuka. Malas kujelaskan, kuberikan saja bintang 1.6 padanya.

Jessy ’Jay’ Faiz: 3.267. Bintang terbesar yang kuberikan sejauh ini. Dari 15 cerita karangannya, kulihat Jay sangat berbeda dengan rekan-rekan lainnya. Lucu, mistis dan futuristik. ‘Ironi’, ‘I Really Gotta Know’, ‘Sucker’, ‘Diam’ dan ‘Badut’ menjadi favoritku. Sementara ‘Ya Pantes Aja’ kuletakkan di baris terakhir pilihanku.

Krisna Adityawan: Hm, kok banyak banget kuberi nilai satu untuk Krisna ya? Maaf, tapi menurutku agak sedikit norak saja. Terlalu banyak monolognya. Aku hanya suka dua cerita saja, yaitu ‘Suatu Hari di Acara Arisan’ dan ‘Gosip Laki-Laki’. Kedua cerita ini saling berkaitan, satu dilihat dari sisi sang istri dan satu lagi dilihat dari sang suami. Lucu. Tapi aku hanya mampu memberikan nilai keseluruhan 1.384 untuk ke-13 cerita-ceritanya.

Laila Achmad: Terlalu sibuk pada kehidupannya, membuat ibu lupa seperti apa anak kandungnya, bahkan lupa nama & umurnya, sehingga pembantu atau suster lah yang mencintai si anak. Itulah tema dalam ‘Kasih Ibu, Kepada Beta...’ dan ‘Puisi-Puisi’. Cinta monyet, perasaan deg-deg-an ga jelas juntrungannya, juga tertuang dalam ‘;)’. Tapi miris ya begitu kita baca ‘When The Clock Struck 12’, mungkin itu akan terjadi kalau kita tak melestarikan alam ini. Aku mau sekalian protes sama ‘Menunggu Ibu Pulang’! Emang boleh ya ceritanya gitu aja? Hiks.. hiks.. curang....  Bagus, tapi ternyata nilai rata-rata dari 12 ceritanya, hanya mampu kuberikan sebesar 3.083.

Nita Sellya: ‘Dua Sejoli’ yang berkisah tentang cinta tulus pasangan gay dan hidup tak menentu di dalam ‘Mereka’ menjadi favoritku di antara 14 karyanya. Gado-gado banget tema yang diambilnya, ga bikin aku bosen, dan beragam pula-lah nilai yang kuberikan. 2.357 untuk overall.

Nurkastelia Anugrasindy: 11 cerita dengan rata-rata 2.727 bintang. Keren banget di beberapa cerita, tapi biasa banget di banyak cerita lain. Paling top markotop untuk ‘Radit yang Tidak Cengeng’. Aku belum pernah terpikir point of view seperti itu. Great! Lanjut, ‘Read: sdroW ehT dnoyeB’ juga best of the best di keseluruhan buku ini. Kata-kata memang hanya bualan. Pengorbanan sampai titik akhir dalam ‘Buat Bapak’, membuat kita tergelitik tersenyum sekaligus prihatin terhadap nasib seekor kambing kurban.

Ternyata Jessy ’Jay’ Faiz konstan memberikan cerita menarik sesuai seleraku, tapi tetap Nurkastelia yang merebut hatiku dengan tiga cerita pendek dahsyatnya. Kalau aku melihat buku ini tergeletak di atas meja, maka ketiga ceritanya lah yang menari-nari dalam kepalaku. Love them!

Buku ini menerbitkan pertanyaan tersendiri dariku.
- Bagaimana pembagian hasil dari penjualannya ya? Jumlah cerita yang disumbangkan masing-masing pengarang kan berbeda.
- Apa benar tepat 100 kata? Aku terlalu malas menghitungnya. Biarkan kalian & kecanggihan microsoft word saja yang melakukannya. Hihihi...
Well, aku gagal mengedit reviewku menjadi 100 kata, karena sampai sini saja sudah 740 kata. :P

3 komentar: