Senin, 21 Maret 2011

30 Hari Jadi Murid Anakku

Category:Books
Genre: Parenting & Families
Author:Mel
30 Hari Jadi Murid Anakku


My rating: 4 of 5 stars


Pernahkah anak Anda sakit? Anak marah-marah? Anak sulit diberitahu? Atau yang lainnya? Buat Anda yang telah memiliki anak, pasti pernah dong ya. Buku ini berisi tentang pemikiran seorang Ibu mengenai perilaku dan sikap anak-anak (berumur 1-4 tahun) dan bagaimana sang Ibu berusaha menghadapinya. Membuat kita tertawa sekaligus termenung memikirkan apa yang telah kita perbuat selama ini pada anak-anak.

Kuambil sedikit catatan yang berhasil kutulis setiap selesai membaca masing-masing babnya yah.

Bab...lupa bab berapa. :D
Si Sulung diminta menggambar di sekolahnya. Lama sekali tidak selesai-selesai. Ternyata dia aktif menggunakan hampir semua warna yang tersedia. Ban mobil tidak hanya berwarna hitam, matahari tidak selalu kuning, batang pohon tidak hanya coklat. Gradasi dari warna muda ke tua, atau bermacam-macam warna dalam satu bidang yang sama. Aneh? Tentu saja tidak, dalam usia 4 tahun seperti itu, memang wajar kalau mereka ingin menuangkan imajinasinya ke dalam kertas. Jadi, jangan dimarahin ya...

Bab 15. Warna
Ketika si Sulung memilih hitam sebagai warna favorit – sama seperti sang Ibu, maka bab ini sang Ibu membahas arti warna hitam dan ungu (warna favorit si Sulung yang kedua). Terus, apa hubungannya dengan judul novel? Dengan gamblang, sang Ibu menjawab....”Ga ada!”. Hahahaha... aku jadi terkekeh sendiri. Sang Ibu santai banget menulis apa saja yang ada di pikirannya ke dalam buku. Dia ga peduli dengan kekakuan orang lain terhadap standart penulisan ’buku yang beken’ dsb dsb. Patut dicontoh nih...

Bab. 17. Berterima kasih
Kali ini ajakan berkencan dilontarkan si Sulung kepada Ibunya. Sibuk bermain di kolam bola sementara sang Ibu mulai bosan menemani dan terserang kantuk yang hebat, tiba-tiba saja si Sulung berhanti bermain dan membujuk Ibu bernyanyi kala lagu kesukaan Ibu berkumandang dari radio tape restoran. Rasa terima kasih si Sulung kepada Ibu karena telah mau menemaninya sepanjang siang itu memang tidak terucapkan di mulut. Tapi perubahan sikap lebih menyenangkan diterima daripada sekitar kata-kata tanpa hati. Aku jadi berpikir, akhir-akhir ini bahkan kita lebih sering mengganti ucapan ’terima kasih’ tersebut dengan uang. Betapa materialistiknya orang dewasa itu!

Mel, sang Ibu, yang juga kukenal di dunia nyata berkat Goodreads Indonesia, membuatku berpikir dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua yang bisa belajar dari seorang anak kecil. Mereka tetep memerlukan kesempatan untuk menjelaskan setiap kali kita menemukan kesalahan pada mereka, kesempatan untuk pembelaan diri, dan kesempatan untuk mendapat keadilan dalam segala hal, kesempatan untuk bereksplorasi memenuhi keingintahuan mereka atas alam ini.

Buku ini akan kupinjamkan hanya pada orang-orang yg kupercaya, ga akan aku kasih ke orang lain, apalagi aku swap atau kujual. Penting untuk kubuka-buka lagi nanti ketika sudah ada penghuni kecil di rumahku. Penting untuk jadi bahan refleksi kita. Dan kupikir ini ga hanya berlaku kepada anak-anak kita kok, tapi mungkin ke anak-anak murid kita, keponakan, dan lainnya. Yuk, mari kita belajar sampai tua.

Btw, hasil bidikan Mas Gieb okeh juga! Kapan aku jadi model berikutnya? Hihihihi....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar