Minggu, 01 Mei 2011

Padre Pio of Pietrelcina

Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Fr. Stefano M. Manelli
Padre Pio of Pietrelcina

rating: 4 of 5 stars
read: Mar 27, '09


Sekali lagi, aku ga kuasa menahan diri untuk ga beli buku-buku yang berhubungan dengan St.Padre Pio. Sekali lagi, kutemukan buku ini di toko buku di Katedral Jakarta. Buku yang diterbitkan Marian Centre Indonesia ini lebih menekankan pada kesetiaannya dalam perintah Tuhan & pasrah pada kehendak Tuhan, walau mengalami lima stigmata selama 50 tahun.

Dimulai dengan kisah kehidupannya pada masa kecil, di sini kita dapat mengetahui betapa pentingnya arti keluarga & betapa besarnya pengaruh orang tua pada hidup seorang anak. Semua perilaku orang tua akan terpatri pada anak mereka. Cinta. Itu yang utama.

Ketika akhirnya Padre Pio diterima menjadi seorang frater, kepatuhan sudah dilakukannya dengan benar-benar disiplin. Tak mudah tergoda oleh rekan-rekan seusianya yang sedang tertarik pada gaya hidup dunia saat itu. Dan pada masa inilah Padre Pio mendapat vision dari Tuhan yang memantapkan pilihan hidupnya untuk menjadi biarawan.

Padre Pio bukanlah seorang imam yang tiba-tiba menerima stigmata begitu saja. Dia sungguh memanggul salib. Aku melihat bahwa sifat keras kepalanya adalah karena Ia sungguh ingin kehendak Tuhan saja yang terjadi di dunia ini. Tak ada kompromi terhadap keinginan Tuhan. Ia mengalami luka juga karena serangan iblis hampir setiap hari secara fisik di kamarnya. Namun Padre Pio selalu dikuatkan oleh Tuhan, Bunda Maria dan dibantu oleh Malaikat Pelindungnya. Padre Pio akan menderita juga pada setiap perkataan kita yang menyingung Hati Kudus Yesus. Padre Pio juga dikaruniai oleh anugerah bilokasi (berada dalam dua tempat yang berbeda pada satu waktu yang sama), mengeluarkan aroma mawar dari tubuhnya, meramal masa depan, menyembuhkan orang sakit jasmani & rohani serta dapat mengetahui isi hati & pikiran orang lain.

Padre Pio membangun Rumah Sakit Penyembuh dari Penderitaan (Casa Sollievo della Sofferenza) dan Kelompok Doa. Ia tidak hanya menjaga kehidupan vertikal (dengan Tuhan) tapi juga horisontal (dengan manusia). Ia ingin dapat membawa banyak jiwa ke Surga bersamanya. Tak sedikit jiwa tersesat yang telah meninggal datang padanya untuk minta didoakan dan dipersembahkan dalam misa. Tak sedikit (kalau bisa menyebut angka puluhan) orang yang antri untuk dapat mengakukan dosa melalui Padre Pio. Dan ingat, karena Padre Pio dapat membaca hati orang lain, jangan sampai berbohong dan harus benar-benar mengetahui kesalahan kita hingga menyesal, sebab kalau tidak, Padre Pio sendiri yang akan memberitahukannya pada kita, dengan nada lembut hingga kasar. Itu semua demi kebersihan hati kita.

Ah, andai saja Padre Pio tidak meninggal pada tahun 1968.

Andai saja aku sudah lahir ketika Padre Pio masih ada di dunia ini. Andai saja aku dapat bertemu dengannya saat ini.

Tapi apa gunanya kalau aku tidak segera memperbaiki diriku?

Tak penting pertemuan fisik itu, sebab yang penting adalah perubahan apa yang dapat kulakukan mulai saat ini.

Semua ini agar dapat bertemu dengan Tuhan di akhir hidupku, dan tentunya mendapat bonus berkumpul bersama Bunda Maria, para Kudus dan tentu saja Padre Pio favoritku. :)



*Ga bisa kuberi rating 5 untuk buku ini karena banyak pembahasan yang kurang fokus pada 1 topik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar