Sabtu, 16 Februari 2013

Linguae

Linguae Pengarang: Seno Gumira Ajidarma
My rating: 3 of 5 stars

Ada 14 cerita pendek di buku ini, tapi hanya beberapa aja yang membekas di ingatanku. Hihihi... Tau sendiri kan bahasanya Seno Gumira Ajidarma (SAG) itu cantik banget, kadang terlalu berat untukku. :D

Pertama, aku suka Cermin Maneka. Imaginatif banget dengan cermin yang bisa membawa Maneka bepergian ke tempat-tempat tak terduga setiap harinya. Maneka yang hidup amat berkecukupan namun suka menyendiri, kali ini ia bahagia bisa ke hutan, ke negara lain, hanya melalui cermin. Perjalanan Maneka berhenti di pantai yang penuh kepedihan karena jalan kembali ke cermin tak dapat ia temukan. Aku belum ngerti sih ini maksud ceritanya apa, mungkin harus berhati-hati pada impian kita. Kasihan kan tuh emaknya Maneka jadi bingung kehilangan anak. :P

Cerita kedua yang ada di kepalaku adalah cerita ke-empat: Tong Setan. Setan di tong setan. Sumpah aku pusying baca ini. Hahahaha... SAG memuntar-muntir kata dan kalimat sehingga mataku ikut berputar seperti para motoris berputar-putar tanpa peduli ada atau tidak ada setan karena mereka lebih setan dari setan yang menggebu kesetanan tanpa satu setan pun bisa mengimbanginya kecuali cengangas cengingis dan cengengesan sebagaimana layaknya setan yang tidak bertanggung jawab atas apa pun kecuali dalam kualitas godaan yang tidak punya kesempatan.... Huaaaaa... itu baru tengah kalimat dan satu kalimat adalah satu paragraf! Gilaaakkk...

Cerita kelima ini cantik! Badak Kencana. Kisah legenda yang mengambil setting di Ujung Kulon, meyakini adanya sebuah badak penuh magis yang menjaga jumlah populasi badak-badak di sana. Ia dapat membuahi betina agar kembali hamil dan ia dapat membunuh para pemburu. Apa istimewanya badak yang satu ini? Tak banyak yang memiliki kesempatan melihatnya. Hanya jejak satu kakinya yang orang-orang temukan, dengan cahaya emas berpedaran pada jejak itu. Ketika tokoh utama berada di atas perahunya, badak kencana menampakkan diri hanya padanya. Badak itu berdiri dengan 1 kaki, tepatnya kaki kanan depan, berputar di tepi sungai seperti penari balet dalam cahaya keemas-emasan yang muram. Itu artinya badak kencana baru saja membunuh seorang pemburu yang mengancam populasi badak di Ujung Kulon.

Baca Linguae bikin saya pengen deket-deket suami! Ihiy! Baca ndiri aja deehhh :P Eh, padahal sih inti ceritanya bukan ke bagian sensor itu, tapi lebih ke cinta tanpa kata. Kemurnian cinta.

Cerita imaginatif lagi ada di kisah Joko Swiwi. Gadis TKI cantik yang tiap malam bercinta dengan pemuda ganteng dalam mimpinya, dimana ternyata pemuda itu amat buruk rupa dan suka ngiler di kehidupan nyata? Sang gadis hamil dan melahirkan tanpa pria yang mengaku suaminya, dinikahkan dengan pemuda buruk rupa dan suka ngiler oleh penduduk desa, melahirkan anak gagah ganteng yang memiliki sayap dan dapat terbang? Ketika ada wabah penyakit yang menyebabkan hampir semua unggas mati di desa-desa sekitar, mereka pun menyalahkan Joko Swiwi si anak bersayap tersebut. Lalu? Joko Swiwi memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, melupakan impiannya untuk terbang ke kota dan berkuliah dengan otak pintarnya. Kasian Joko Swiwi :'(

Simsalabim!!! Setelah baca cerita ini, aku sempat sebel dan ikut emosi. Sesungguhnya hanya manusia itu sendirilah yang dapat mengubah nasibnya tanpa perlu menunggu orang lain memberikannya. Seperti cerita Simsalabim ini, seharusnya penduduk yang terkena musibah itu bangkit dan berdaya untuk mulai mengembalikan kehidupan mereka seperti tukang sulap yang berjalan dari desa ke desa melakukan pertunjukan demi keluarganya di kampung yang habis terkena banjir bandang. Eh malah tukang sulap dibunuh oleh mereka! :( Menyebalkan.

Eh iya, cerita Gerobak ini berangkat dari lumpur Lapindo yaa... Awalnya kupikir orang-orang dari Negeri Kemiskinan ini nyebelin banget, namun mereka punya alasan kuat di akhir kisah. Egoisme mereka yang punya kekayaan dan kekuasaan itu emang bener-bener sadis ya!

Cerita pendek terakhir yang teringat di ingatanku adalah "Kopi, dan Lain-lain. Tentang perselingkuhan. Aduh, selalu serem kalau baca tema ini. #ketokmeja

Well...nyadar ga sih kalau aku rada kebawa gaya penulisan SAG? Tuh ada beberapa kalimat yang majemuk kompleks. Hihihihi.... :P Hidup SAG!

Special thanks for mas Pratono yang udah berbaik hati mengirimkan buku ini padaku. #angkattopi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar